Saya berpikir bahwa setiap orang memiliki potret si ini dan si itu dalam memorinya. Seorang teman misalnya. Potretnya dalam memori saya adalah seorang perempuan dengan baju serta jilab berwarna merah marun dengan rok hitam. Tas punggungnya menggantung, seolah-olah berusaha menggapai-gapai pundak si pemilik sebab si empunya berbadan tinggi.
Potret. Seperti halnya yang saya pikirkan bahwa setiap orang memiliki potret atas kerabatnya, saya pun demikian. Saya memiliki potret teman-teman. Saya memiliki potret keluarga. Bahkan, saya memiliki potret orang-orang yang saya temui di jalanan.
Potret. Ada adegan dalam hidup yang mungkin menyengajakan diri untuk memotret seseorang, lalu berharap potret itulah yang akan dilihat dalam pikirannya sewaktu-sewaktu, kapanpun ia ingin. Ya, seperti yang dilakukan oleh Jesse terhadap Celine di film Before Sunrise. Itu potret yang disengaja. Saya tidak tahu, apakah Jesse benar-benar berhasil menampilkan Celine "yang itu" sewaktu-waktu.
Potret. Pernah saya mencoba untuk memotret seseorang dan berharap adegan itulah yang akan tampil saat saya ingin melihatnya sewaktu-waktu. Gagal. Saya gagal menampilkannya. Yang muncul adalah adegan lain, yang sama sekali tidak pernah saya niatkan untuk bisa dipanggil sewaktu-waktu. Kesemua potret dalam memori saya nyatanya begitu.
Potret. Pernahkah suatu kali kamu rindu? Menghadirkan potret adalah salah satu jalan mengobati rindu.
Depok, 24 Oktober 2013